http://makazine.blogspot.com/ http://makazine.blogspot.com/ http://makazine.blogspot.com/ http://makazine.blogspot.com/ http://makazine.blogspot.com/

5/21/11

Diskusi Jurnalisme Musik JAKARTABEAT.NET, Kerja Bareng KMF dan Perpustakaan Batu Api, Kamis 19 Mei 2011 di Gedung 2 lantai 3 Kampus Fikom Unpad

On a balmy happy afternoon...
Dia memberikan sebuah pukulan bergairah di pantatku. Ada apa ini? aku, binatang pra-sejarah yang hidup di zaman ultramodern, yang lehernya panjang, matanya mungil, telinganya juga berupa lubang berlendir, kecil, tak mempunyai kelengkapan tekhnologi untuk menangkap frekuensi suara terkecuali yang datang dari nyanyian para betinanya di musim kawin.


“Jurnalisme musik harus membekali dirinya dengan teori-teori kritik, teori-teori sosial. Musik tanpa kritik itu iklan! Yang terpenting adalah perspektif kita dalam menganalisis suatu konteks sosial. Kita harus banyak baca-bacaan berat untuk dapat membaca musik sebagai teks kajian budaya. Semua kajian budaya itu dapat dianalisis jika kita punya perspektif, punya bacaan”, kecam salah seorang pembicara diskusi Jurnalisme Musik di kampus Fikom, Unpad Jatinangor, pada tanggal 19 Mei 2011.
Let me guess... You have been reading Baudrillard? atau Yasraf?
How you can say that? What about me, a melophobia due to my neuro-physiological condition. A Melophobia, a fear of all the compact-disc prices, downloading overcompression music files and sharing it quite fast... All the illegal files that pirating music.
Aku bermata mungil, mata mungil yang hanya bisa memfokuskan diri pada sedikit kajian daun budaya yang aku suka saja hijau getahnya. Sama sekali tidak sesuai dengan yang disebutkan pembicara di atas dipercayai bisa membuat mata spesiesku melek menelisik rimbunan kajian milyaran dedaunan budaya hutan musik kreatif dunia.
You just looks like the coolest protectionist dude who gives a lesson to be an character analyst in grand education system.
Aku juga bertelinga mungil, semakin berlendir saat aku bisa mendengar anak muda mana yang tidak terlalu memperhatikan namun sangat tega memberi lekukan dalam rabaan kasarnya pada politik budaya. Leherku yang lentur dan panjang menolak bahkan terus berevolusi untuk menutup dirinya dalam ortodoksi.
- I think, it just your excitement abyss. You just can't deny a vast pyramid scheme near in the corner.
Penilaian akan kreativitas dalam musik sangat diserahkannya pada perspektif pengarang-pengarang perspektif cultural studies keren abiss.
- It’s good to be more relax, my friend.
Crisis averted... 
 

Deu Galih menyerang balik semua pemikiran elitis dengan ketengilannya. Dia adalah seorang musisi yang mengkonfirmasi bahwa musik itu terus membangun tumpukan-tumpukan perubahan; penambahan informasi-informasi, perbedaan-perbedaan kontras, hanya atas dasar kesenangan. Mereka terus bergerak cepat. You can’t catch-up!
Ray Charles yang gusar ditanyai tentang bagaimana meletakkan diri dan karya-karya musikalitasnya berdasarkan etiket para kritikus dan peng-review musik pun, kembali tenang...
Video concert Talking Heads 1984 menutup sesi pertama acara kerja bareng KMF Unpad bersama Perpustakaan Batu Api dengan sempurna, walaupun tanpa banyak perhatian audiens padanya. Once again... How can I give a short guide to reader and writer’s to reading and writing about music?
Semangat untuk menggambarkan satu persatu dan kemudian menamai kemampuan musikalitas, berakhir. Obviously, its because DEU GALIH and ‘STOP MAKING SENSE by TALKING HEADS 1984” broke the spell (Thanks to Batu Api, that movie really moves me. It can still bring most of my eclectic favorites moves into one excellent performance). It should be the final frontier for the misused of music criticism.

 
At the end, music is still about a strong personality and it was a good afternoon.
(Next Perpustakaan Batu Api Event, Kamis 26 Mei 2011, jam 14.00 di Aula UIN SGD Cibiru, Bandung; sepertinya berbentuk diskusi lagi, “Gaya hidup Bohemian, ugal-uagalan, kultur pop, freesex dan semangat zaman 70an seperti yang tergambar dalam novel Sastra Indonesia terheboh, BLUES MERBABU (Gitanyali) yang akan diungkap oleh sang maestro REMY SYLADO secara blak-blakan. [YM]

No comments:

Post a Comment